Selasa, 25 Juli 2017

Ogek Uning Duta Wisata Sibolga

TARI TRADISIONAL PESISIR ( PART III )

Tari Gelombang Duo Baleh

TARI GALOMBANG DUO BALEH 
Sejarahnya.
    Galombang Duo Baleh adalah salah satu seni pencak silat tradisi pada masyarakat Pesisir di Tapanuli Tengah Sibolga. Keberadaan seni pertunjukan ini tidak terlepas dari sistim pemerintahan kerajaan jaman dahulu di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga yang dari waktu ke waktu dipimpin oleh raja.
Menurut hasil penelitian yang kami laksanakan beberapa waktu yang lalu, terdapat tiga kerajaan besar di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, antara lain : Raja Barus Hulu, Raja Barus Hilir dan Raja Sibolga ditambah dua Kerajaan kecil yaitu Raja Kalangan dan Raja Tuka. Sudah menjadi kebiasaan dalam menjaga kewibawaan seorang raja selalu dibentengi oleh kelompok-kelompok orang yang mahir dalam ilmu bela diri, baik ilmu bela diri secara lahir maupun ilmu bela diri secara batin, sehingga kemanapun raja berkunjung selalu dikawal oleh sekelompok pesilat tangguh dari kerajaan itu sendiri.
Berakhirnya sistem kerajaan sampai kepada sistem pemerintahan Republik, seni pertunjukan yang berakar dari seni pencak silat tradisi ini masih terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal inilah 
yang mengilhami para para pelaku budaya, sehingga dapat memadukan karakter seni bela diri dengan seni tari sehingga menghasilkan gerakan-gerakan indah yang diiringi oleh musik dan vokal, apa lagi seni ini sudah ditata dengan komposisi barisan dan jumlah orang yang ditampilkan dalam seni pertunjukan ini.
Mengapa harus duabelas orang ? Menurut pendapat para pelaku budaya di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, dua belas jumlah pemain  mempunyai makna dua belas bulan dalam satu tahun, sehingga seni ini dinamakan Galombang Duo baleh.
Pelaksanaannya. 
Dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Sumando di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, didapati beberapa tahapan dalam pelaksanaan tari-tarian tradisi Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga yang kami rangkum.
Setiap perlehatan dalam pelaksanaan pesta pernikahan dalam adat Pesisir selalu didasari oleh adat dan seni budaya, sejak dari kegiatan pada malam hari (malam barinei) sudah ditampilkan bermacam tarian
Di jelaskan bahwa pada saat pemberangkatan pengantin pria (marapulei) ke rumah pengantin wanita (anak daro) selalu diiringi oleh kaum kerabat handai dan tolan. Dalam prosesi ini barisan yang paling depan adalah para ibu dan anak gadis, di barisan berikutnya adalah beberapa orang yang yang salah satunya adalah menjunjung Bungo Lomau (sunting) yang diiringi oleh pengantin pria yang berjalan di bawah payung kuning. Sementara yang barisan berikutnya diiringi oleh sekelompok pemusik tradisi yang biasa disebut anak alek (pasikambang) dan kelompok Galombang duo baleh dengan seragam warna kuning, yang berada di barisan paling belakang adalah kaum bapak.
Selama dalam perjalanan menuju ke rumah pengantin wanita, suara musik seperti biola ditambah suara okardion dan suara gendang tiada henti-hentinya mengiringi vokal dengan pantun sahutmenyahut.
Menjelang sampai ke rumah pengantin wanita, prosesi berhenti sejenak untuk menerima sambutan 
dari pihak pengantin wanita (anak daro). Pihak pengantin wanita menyambut secara adat pula orang yang mewakili memberikan sambutan dengan berpantun dan gurindam.

Mengarak Pengantin

Cara Gerak dan langkah Galombang Duo Baleh
Setelah membuat komposisi dengan barisan tiga berbanjar dengan jarak satu meter dari posisi masing-masing, kelompok gelombang duo baleh yang berjumlah dua belas orang ini duduk setengah bersimpuh dengan kaki kanan setengah berdiri dan kaki kiri melipat ke bawah dengan dikumandokan seorang sebagai pembawa.
Seperti dikomando kedua kelompok galombang ini secara bersamaan saling memberi hormat seiring itu kedua kelompok ini setengah berdiri dengan kaki kanan melentik arah ke depan kaki kiri menjulur ke belakang, tangan kanan melentik ke atas arah ke depan sedangkan tangan kiri melentik ke bawah dengan gaya seperti membuat kuda-kuda. Dengan perlahan kedua kelompok ini melangkahkan kaki kiri arah ke depan.
Ragam ini berlanjut sampai pada hitungan tiga, pada saat hitungan empat, masing-masing kelompok melangkahkan kaki kiri masing-masing arah ke kiri. Hal ini berlanjut sampai hitungan tiga. Saat memasuki hitungan empat masing kelompok membalikkan badanya arah ke kanan. Ragam ini bernama Puyuh balik. Memasuki hitungan lima, masing-masing kelompok membuang kaki kiri arah belakang dan kaki kakan melentik tangan kiri melentik ke depan tangan kanan melentik ke bawah dengan komposisi badan tetap menghadap ke depan. Ragam ini bernama Sipekok.
Setelah ragam Sipekok, masing-masing kelompok memutar badan ke arah kiri sambil menarik kaki kiri dan mensejajarkan dengan kaki kanan seraya melangkahkan kaki kanan arah ke kanan dari hitungan satu dan dilanjutkan langkah berikutnya sampai kepada hitungan ketiga.
Saat hitungan empat masing-masing kelompok membalikkan badan arah ke kiri dengan gaya tangan kanan melentik mengayun ke depan dan tangan kiri melentik ke bawah dan mengayun ke kiri.
Demikianlah berulang sehingga sampai pada saat barisan kedua kelompok ini berjarak sekitar  sepuluh hasta seluruh barisan yang ada dibelakang sipembawa berhenti dari aktivitasnya masing-masing hanya si pembawa yang melajutkan gerakan-gerakan silat sehingga sampailah pada titik klimak si pembawa saling serang kepada lawannya.
Melihat hal yang demikian, salah seorang dari pengiring berdiri di antara si pembawa dengan membawa tempak sirih yang biasa disebut Langgue untuk memisah kedua kelompok ini dan sebagai lambang perdamaian tepak sirih (Langgue) tadi diserahkan kepada si pembawa gelombang, maka selesailah acara gelombang duo baleh selanjutnya rombongan pengantin laki-laki disambut pula dengan sebuah tarian  Randei (Tari Dampeng)  

TARI DAMPENG (RANDEI)

Tari Dampeng / Randei

Adat Sumando adalah sebuah wadah dimana semua bentuk kegiatan kesenian yang bersifat budaya adat istiadat yang mengatur tata cara dan tahaban- tahaban pelaksanaan pernikahan pada Etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, malai sejak tahaban Marisik sampai ketahaban Tapanggi (Mengunjungi keluarga Pria), dari acara pelaksanaan Tarian seperti tari Saputangan, Tari Payung, Tari Adok, Tari sampaya, Tari Sikambang Botan (Pedang) Tari Perak-perak, Tari Ceksity, Tario Piring, Tari Anak, sampai kepada acara mangarak pengantin pria dengan sambutan gelombang dua belas sampai pula keacara Tari Dampeng.
Yang melatarbelakangi keberadaan seluruh tarian yang ada pada Etnis Pesisir adalah dari adaptasi berbagai gerak silat yang dibawa oleh para pendatang dari Minang Kabau, Melayu, Batak, Jawa, India bahkan gerak silat yang dibawa oleh para pedagang Parsi, yang pertama kali menginjakkan kakinya di sebuah Pulau yang bernama Pulau Musala beberapa abat silam.
Perlu dijelaskan kalimat Musala berasal dari kalimat Mur Shalat. Mur adalah sebuah istilah panggilan dalam bahasa Pesisir kepada para pedagang yang datang dari  Parsia, karena Pulau tersebut tempat pertama kali dijadikan tempat Sholat oleh orang Mur maka jadilah Pulau tersebut sampai sekarang bernama Mursala.
Demikian juga kehadiran Etnis Minang Kabau khususnya dari Pariaman yang datang berlayar menyisir pinggiran pantai mengadakan persinggahan disebuah desa yang bernama Aiabi, oleh karena desa tersebut layak untuk ditinggali maka jadilah Etnis Minang Kabau membuat perkampungan.
Oleh perkembangan yang ada, pada akhirnya Etnis Minang Khususnya Parimanan tersebar disetiap desa yang ada di Pantai Barat Sumatera Utara khususnya Tapanuli Tengah Dan Sibolga Demikian pula halnya keberadaan  tari tarian Etnis Pesisir  yang memiliki nilai historis dalam kehidupan masyarakat Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, disamping sebagai sebuah seni pertunjukan bela diri yang teradaptasi dari unsur gerak silat yang dibawa oleh para pendatang ke daerah Pesisir.
Dari keindahan gerak yang ada dalam setiap Tarian, maka jadilah Tarian tersebut menjadi salah satu kekayaan khazanah keanekaragaman Tari dalam kesenian Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Wajar bila dikatakan setiap tarian yang ada pada Etnis Pesisir mempunyai Eksistensi dan makna Simbolik dalam gerak langkah maju mundurnya kebudayaan dalam Etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, karena menurut para pelaku budaya, diperkirakan tari Etnis Pesisir sudah ada sejak tahun 1500, nara sumber Bapak Sj. Pasaribu.
Oleh perjalanan waktu, setiap Tarian  mengalami perkembangan  berkembang sesuai dengan perkembangan jaman, sehingga seluruh tarian tersebut dikenal oleh Etnis Pesisir Tapanuli Tengah sejak dari Kecamatan Manduamas sampai ke Kecamatan Sibabangun.
Tata Cara Tari Dampeng
Proses pelaksanaan tarai ini tidak begitu rumit. Setelah upacara penerimaan pengantin pria  (marapulei) dengan gelombang duo baleh, maka kedua kelompok pesilat gelombang ( kelompok pesilat yang menerima/pihak pengantin wanita (anak daro), kelompok yang diterima (pihak marapulei) yang berjumlah tujuh orang tersebut membuat lingkaran, yang di tengah lingkaran tersebut diletakkan jambangan yang penuh dengan bermacam-macam bunga ( Bahasa Pesisr Bungo Limou / Sunting ) Jumlah tujuh orang pesilat gelombang diambil tiga orang dari pesilat penerima lebih sedikit dari pesilat yang diterima maksudnya karena pihak penerima adalah pihak yang dikalahkan dalam acara adu ketangkasan saat penerimaan, sedangkan empat orang dari pihak yang diterima atau lebih banyak dari pihak penerima karena sudah memenangkan pertandingan dari adu ketangkasan. Properti sebagai berikut:
1.     Empat orang laki-laki memakai pakaian silat pembawa tabir (Sampangan).
2.     Tujuh orang laki-laki memakai pakaian silat membawakan tari Dampeng.
3.     Satu orang perempuan membawa (menjunjung jambangan bungo Limou)
4.     Jambangan
5.     Tujuh macam bunga
6.     Dua helai Tabir (sampangan)
Nama-nama bunga :
1.     Bunga Longging
2.     Bungo Cimpago
3.     Bungo Puding dengan dua warna
4.     Bungo Pagaran
5.     Bungo Sari kayo
6.     Bungo Rampei
7.     Bungo sibalik angin.
Makna Simbolik
Sangatlah nyata makna simbolik yang terkandung dalam keberadaan dan eksistensi tari Dampeng ini pada etnis Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, sejak dari arti Pantun yang diucapkan saat menggelar tarian sampai makna properti sebagai sarat mutlak dalam pelaksanaan tarian ini.
      Penulis mencoba menjelasakan dari arti pantun berikut ini :
Limau purut digenggam ampet
Sisa balimu di ate lamari
Pasang surut ombaknya rapet
Tarimo haluan biduk kami.
Artnya :
Jeruk purut adalah buah asam yang selalu digunakan oleh Etnis Pesisr untuk bahan wewangian saat menjelang masuknya bulan Ramadhan. Digenggam oleh empat orang yang artinya hanya jumlah empat macam tatanan manusia yang hidup di permukaan bumi ini: Pertama Bayi. Kedua, Anak, ketiga orang dewasa, keempat Orang Tua.
    Pasang surut artinya manusia selalu dalam posisi yang lemah disisi Allah Subhanawata’ala.
Ombaknyo rapek artinya selama manjalani kehidupan di dunia ini, kalau kita keluar dari ajaran Agama akan banyak cobaan akan kita hadapi bahkan kita akan menemui banyak halangan dan rintangan.
Tujuh penari Dampeng yang berarti tujuh petala langit dan tujuh petala bumi yang berarti tujuh tingkatan tata cara berpikir manusia di permukaan bumi ini, pertama tidak berakal berarti bayi baru lahir, kedua ada akal itu anak balita, ketiga mulai berakal berarti remaja, keempat sempurna akal berarti orang dewasa, kelima berlebih akal berarti orang-orang tua, keenam kurang akal berarti orang tua yang mulai ujur, ketujuh tidak berfungsi akal berarti orang yang sudah uzur.
Sejarah Tari Dampeng
Pada zaman dahulu di daerah Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga, terdapat banyak para jawara yang memiliki ilmu silat yang bermacam ragam bentuknya. Seperti ragam “Silat Simbang” ragam “Silat Langkah tigo salut” ragam “Silat Gajah Bakubang” dan ragam “Silat Harimau Sitelpang”.
Untuk menghilangkan rasa iri hati dan rasa keangkuhan di kalangan para jawara, raja yang bertitah pada waktu itu mengadakan satu pertunjukan seni bela diri yang diikuti para jawara yang ada di setiap desa di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga, dan itu selalu diadakan setiap tahunnya.
Dari akhir kegiatan seni pertunjukan tersebut selalu diadakan seni pertunjukan bersama oleh pesilat untuk mencari kesamaan ragam dan gaya dari bentuk dan ragam silat yang berbeda yang dahulu kegiatan tersebut dinamakan buk kak galanggang.
Adapun sejarah tari Dampeng oleh para jawara yang ada disetiap desa yang telah dan selalu mengikuti kegiatan melakukan hal yang sama di desanya masing-masing, sehingga terciptalah satu ragam yang ritmis dan diiringi vokal, agar masyarakat datang untuk menyaksikannya.
    Dari kegiatan ini, terciptalah satu tarian bersama. Karena Pantun yang pertama dilantumkan untuk mengiringi tarian bersama ini diambil dari 
salah satu ragam silat yaitu “Babeleng Dampeng” maka dimasukkanlah kalimat Babeleng Dampeng dalam pantun tersebut, maka jadilah tarian ini bernama “Tarian Dampeng”.yang dikenal luas di kalangan etnis Pesisir Tapanuli Tengah dan Kota Sibolga.
Tata Cara Pertunjukan Tari Dampeng.
Dengan mengucapkan : Yolaaaaaaa Yooooooooo, maka tujuh orang penari  Dampeng pun segera berjalan mengambil posisi ke kanan dengan hitungan delapan, saat suara vokal mengatakan : Adeeeeeeeeee Tooooooooo maka penari Dampeng membalas putaran arah ke kiri dengan hitungan delapan.
Selanjutnya saat vokal mengucapkan kalimat awal pantun : Tobeleeeeeeeng Sidampeeeeeeeng Limou puruuuuuut tu kini nei, maka penari Dampeng membuka ragam pertama dengan tangan menjulur sejajar ke depan yang bernama  “Alang bakaja” sambil memutar badan arah kanan dengan nama gerakan “Alang Malewek” masing-masing ditengah lingkaran dengan hitungan delapan,  sehingga badan menghadap ke belakang setelah pas kaki kanan melangkah setengah pal sambil melanjutkan putaran setengah pal lagi sehingga posisi kembali saling berhadapan dengan hitungan delapan. Ragam ini bernama “ Tabeleng Dampeng “ Penari kembali menjulurkan tangan sejajar ke arah jambangan bungo limau dambil menepukkan telapak tangan masing-masing seraya menjawab dengan serentak penari dengan kata-kata : Youuuu. Gerakan ini bernama  “ Batapuk “ .
Saat suara vokal mengucapkan kalimat : “Oooooo diganggam Ampek Siso balimou tu kini nei Dalam Lamari”, maka penari Dampeng menjawab dengan kata-kata “Oiiii Antaaaaa Anta” membuat gerakan membuang kaki kanan melingkari kaki kiri sambil menekuk tangan kanan arah ke bawah, kaki kiri sedikit sedikit agak merunduk, posisi tangan kiri melentik ke atas sejajar dengan kepala dengan hitungan delapan. Gerakan ini bernama “Kipe Puccuk” .
Diawal sambungan pantun berikutnya, penari Dampeng membuat putaran ke arah ke kanan sambil berjalan dengan serentak mengucapkan kalimat “ Yolaaaaaaa Yooooooo, Adeeeeeeeeey Toooooooooo “ Saat vokal mengucapkan pantun “ Pasang surut tu kininei, maka penari Dampeng kembali memperagakan ragam seperti semula 
Tarian ini bisa berlanjut seiring dengan jumlah pantun yang divokalkan. Di akhir gerakan ini, para penari kembali memberi hormat kepada kedua pengantin dan kepada Tolan atau para undangan.
Busana Tari Dampeng
Busana yang dipakai dalam menarikan tari Dampeng adalah baju dengan teluk belanga (gunting cino) dan celana bertali, dengan ikat kepala yang dinamakan “Deta” memakai kain batik setengah lipatan di atas lutut.
Pakaian terdiri dua warna, warna kuning bagi pesilat dari pihak pengantin pria (marapulai), sedangkan warna merah muda dipakai oleh pesilat yang mewakili pengantin wanita (anak daro). Pelaku tari Dampeng
Asal mula tari Dampeng ini hanya ditarikan oleh orang yang lanjut usia, karena perkembangan zaman, dan berkembangnya tarian daerah lainnya maka tarian Dampeng boleh ditarikan oleh para kaula muda.
Penyajian tari Dampeng. 
Setelah selesai adu ketangkasan dalam acara pagelaran gelombang duo baleh saat penerimaan pengantin pria (marapulei) rombongan pengantin pria terus berangsur masuk ke halaman rumah pengantin wanita.
Bungo limou yang dijunjung oleh seorang gadis yang dikawal oleh empat orang pesilat dengan menenteng tabir Lidah-lidah atau sampangan di kiri dan kanan diletakkan di tengah halaman persis di hadapan kedua pengantin yang didudukkan saling berhadapan maka tujuh pesilat yang berasal dari dua kelompok tadi mengambil posisi membuat lingkaran mengitari jambangan bungo limou. Setelah memberi hormat kepada kedua pengantin dan kepada Tolan (para undangan) seiring dengan itu pula terdengarlah suara vokal dari salah seorang pevokal dari kelompok Sikambang.
Makna Tujuh Macam Bunga
Bunga Longging adalah bunga yang selalu disukai setiap orang karena memiliki aroma yang harum baunya. Bunga ini selalu ditanam di sudut halaman rumah. Pohonnya tidak terlampau tinggi biasanya hanya tiga meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak pernah berhenti berbunga. Bentuk bunganya mengembang berwarna putih mempunyai tangkai bercabang. Buahnya berbentuk bulat lonjong bisa dijadikan obat penawar racun. Keberadaan bunga ini melambangkan orang tua yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayang dan perlindungan kepada anak-anaknya.
Bungo Cimpago adalah sebuah bunga yang berbunga satu kali dalam setahun. Biasanya Bunga ini mulai berbunga pada saat menjelang bulan Puasa, Aromanya harum, biasanya bunganya selalu diselipkan di antara lipatan baju dalam Lemari pakaian. Buahnya Bulat panjang dan setelah cukup tua buah itu akan terbelah dua. Buahnya dapat dipergunakan sebagai obat penurun panas bagi anak-anak. Pohonnya berdiameter lebih kurang satu meter. Tingginya bisa mencapai sepuluh meter dari permukaan bumi. Bentuk bunganya seperti guntingan kertas terkesan merundukkan kuncupnya, berwarna lembayung bertangkai tunggal Bunga ini melambangkan anak perawan (gadis) yang pemalu dan selalu mengutamakan keindahan, selalu jadi idaman Pria.
Bungo Puding adalah sebuah bunga yang ditanam di sekitar sumur. Bunga ini tidak memiliki kuncup bunga. Keindahannya hanya dilihat dari warna daunnya yang berwarna-warni. Warna-warni yang terdapat pada daunnya adalah warna hijau, kuning dan sibalik daunnya terdapat warna merah saga. Besar batangnya hanya sebesar ibu jari, sedangkan tingginya hanya lebih kurang satu meter dari permukaan bumi. Bunga ini tidak memiliki buah, dan selalu ditanam di pusara makam. Kita selalu mendengar dalam ceramah para mubaligh, Rasul pernah menancapkan bunga ini pada salah satu makam dimana Rasul singgah melepas lelah dalam satu perjalanan berdagang di antara Kota Mekkah dan desa Tha’ib, karena menurut Rasul, bunga puding dapat menjadi penyejuk bagi mayit yang ada dalam makam tersebut. Bunga ini melambangkan seorang ulama yang selalu memberikan ceramah keagamaan sebagai penyejuk umat.
Bungo Pagaran ini biasanya tumbuh di lereng perbukitan, dan dapat ditanam di pagar-pagar rumah, Bentuknya berakar dan menjalar mengitari setiap sudut pagar. Bentuk daunnya seperti jarum dan bunganya mengembang bentuknya kecil dengan warna berubah-ubah. Saat mulai mengembang warnanya merah, setelah beberapa hari warna merahnya berubah menjadi warna putih. Buahnya seperti buah kacang panjang tetapi tidak sebesar kacang panjang. Buahnya biasa digunakan untuk pengharum masakan seperti rendang daging dan gulai ikan.
Bunga ini melambangkan pemuda yang menjadi pelopor pemersatu dan pemerakarsa, lebih dari itu pemuda adalah menjadi pagar bagi sebuah desa dimana Pemuda tersebut berada. Bungo Sari Kayo adalah sebuah bunga yang sudah tidak dijumpai lagi di daerah Pesisir Tapanuli Tengah Sibolga. Menurut berita bunga ini adalah berbentuk pohon kayu biasa, tingginya bisa mencapai sepuluh meter, bentuk daunnya seperti daun beringin, bentuk buahnya seperti buah kari, bila masak dapat dimakan rasanya terasa sangat enak dan manis.
Dari bentuk isi dan enak rasanya Etnis Pesisir menciptakan sebuah masakan yang terbuat dari larutan telur dicampur dengan sedikit tepung dicampur banyak gula dimasak dengan mengukusnya. Itulah yang bernama Sari Kayo yang dihidangkan untuk pelengkap upa-upah yang diberikan kepada anak yang akan disunat rasulkan, juga untuk upa-upah kedua pengantin saat di pelaminan. Sedangkan bentuk bunganya berbentuk kuncup dan tidak pernah mengembang berwarna putih beraroma harum dan mudah sekali gugur sebelum menjadi buah dan mudah terserang penyakit tanaman apa bila tidak di rawat dengan baik. Bunga ini melambangakan anak balita yang selalu membutuhkan siraman kasih sayang dari setiap orang dan selalu dijaga dan dirawat.
Bungo Rampei adalah sebuah bunga yang juga biasanya ditanam di pekarangan rumah. Bentuknya hampir sama dengan bunga Longging. Bentuk bunganya menjulai ke bawah berbentuk opal berwarna kuning dan ber aroma harum, biasanya Bunga tersebut dicampur bedak pendingin wajah dijemur bersamaan dengan bedak tersebut sehingga apabila sudah kering menjadi harum.   Bunga ini memiliki buah bertandan seperti buah langsat, bentuk buahnya bulat lonjong. Besar batangnya hanya berdiameter setengah meter dan tingginya hanya mencapai tiga meter. Buahnya dapat digunakan sebagai pengobatan Bara (Kanker). Bunga ini melambangkan para tokoh masyarakat yang selalu menjadi panutan dan tempat mengadukan masalah yang terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Bunga Balik Angin adalah sebuah bunga yang tumbuh di tengah padang tempat gembala kerbau atau kambing. Bentuk daunnya sebelah atas berwarna hijau, sebelah bawah berwarna merah, tetapi apabila daunnya mengering warna sebelah atas akan berubah menjadi hitam dan sebelah bawah akan berubah menjadi putih, memiliki bunga mengembang kecil-kecil berwarna lembayung tidak memiliki aroma. Bentuk buahnya bulat kecil dan beraroma kurang sedap. Tinggi pohonnya hanya berkisar satu meter dari permukaan Bumi. Biasanya daunnya yang sudah kering ditaruh di atas kosen pintu depan rumah dinyakini dapat dijadikan penangkal makhluk jahat yang dapat disuruh oleh orang yang memelihara makhluk tersebut. Bunga tersebut melambangakan orang pintar (Paranormal) yang selalu menjadi tempat masyarakat pada waktu itu membawa keluarganya yang sakit untuk berobat.

Makanan khas sibolga

Sibolga resep kuliner ikan panggang pacak

Nah ini dia Salah satu masakan khas Sibolga yang paling banyak peminatnya. jadi...dengan senang hati saya masak panggang pacak ini dan di niatin buat ngukur bahannya. semua bahan digiling halus.



Mie Tek-Tek Sibolga di RM Salero Kito, Juara!

 Sibolga adalah salah satu kotamadya di Provinsi Sumatera Utara. Kota ini terletak di pantai barat Pulau Sumatera, dengan jarak sekitar 350 Km (8 jam perjalanan darat) dari Medan. Sama dengan kota pesisir lainnya, Sibolga juga terkenal akan hasil lautnya yang segar. Namun selain beragam seafood, kota yang berpenduduk tidak lebih dari 90.000 jiwa ini juga mempunyai sebuah kuliner khas, mie tek-tek sibolga namanya.

pemilik mie tek tek sibolga medan halal

Disebut mie tek-tek karena biasanya si penjual memukulkan sesuatu ke kualinya sehingga menimbulkan suara “tek-tek-tek”. Ada juga beberapa sumber yang menyebutkan kalau asal muasal nama mie tek-tek muncul karena suara gesekan antara kuali dengan sodet saat si koki sedang masak.

Mie tek-tek sibolga sendiri punya ciri khas. Pertama adalah bumbu masaknya yang minimalis, baik itu digoreng dengan kering atau berkuah. Kecap manis, potongan bawang merah, bawang putih, sambal, merica, biasanya jadi bumbu dasar saat memasak mie tek-tek sibolga.

Sekarang, untuk bisa menikmati mie tek-tek tidak perlu jauh-jauh ke Sibolga. Di Medan sudah ada beberapa gerai yang menjual mie dari kota yang hanya memiliki luas 10,77 Km2 ini.

mie tek tek sibolga salero kito

Salah satunya adalah sebuah rumah makan yang berlokasi di Jalan Seksama Ujung (sebelum jembatan Sungai Denai kalau dari arah Menteng atau Terminal Amplas). Rumah makan (RM) Salero Kito namanya. Di sini mie tek-tek langsung dimasak oleh si pemilik yang asli Sibolga.

Sibolga kaya akan wisata termasuk air terjun yg bersih dan indah

Air Terjun Saili, Tukka - Tapanuli Tengah

 Rasa penasaran akan kata-kata teman sekitar tiga bulan lalu yang ditunjukkan melalui Display Picture (DP) Smartphone-nya tentang adanya satu air terjun cukup besar di tengah hutan sana yang belum banyak diketahui orang lain, membuat hati ini terusik mesra. Kapan kesana! Namun perlu digarisbawahi, lokasi berbeda dari beberapa air terjun yang biasa dikunjungi. Jika beberapa air terjun aksesnya mudah dan cepat bahkan ada yang cuma beberapa meter dari parkiran kendaraan yang satu ini beda. Harus jalan kaki kira-kira dua jam. Bisa kurang bisa lebih lama, tergantung kekuatan pasukan. Kalau cuma dua jam ya secara pribadi masih tergolong biasa saja. Cuma, perhatikan kekuatan penumpang lain.

Masih momen lebaran, bersama teman-teman satu sekolahan dulu, ngumpul silaturahim di rumah teman secara bergantian. Tidak siang tidak malam, lanjut terus. Sampai akhirnya tercetuskan rencana akan menaklukkan Air Terjun Saili padahal awalnya akan kembali ke pantai namun karena sudah pernah sepertinya lebih seru jika melihat something new. Spontan dan instan, malam itu juga segera menelepon salah satu pemuda yang ada di desa terdekat air terjun untuk dipintakan sebagai guide. Guidebersedia, siapapun itu aku sebenarnya juga tidak tahu dan tidak mempermasalahkan, yang penting bisa sampai tanpa tersesat. Selanjutnya segera menghubungi pasukan sebanyak mungkin. Tidak bisa dibujuk ya dipaksa ikut. Maklum, karena lebaran masih banyak anggota yang kembali ke kampung halaman.

Jam 10 pagi, belasan teman yang rata-rata satu almamater sekolah mulai berkumpul dan bergerak. Pemandangan kurang tepat ketika sebagian besar ternyata mengenakan kostum kurang tepat. Mulai dari alas kaki hingga penutup kepala, bahkan perbekalan perutpun belum disiapkan dengan rapi. Terlebih perlengkapan lain. Sebenarnya bukan hal bagus, namun ya biarkanlah. Petualangan memang tidak sangat ekstrim, hanya saja minimal safety masing-masing patut diperhatikan.

Here we go. 







onestly, standing applause kepada teman-teman perempuan yang menaklukkan air terjun setelah melalui perjalanan lumayan panjang. Bahkan beberapa justru jauh lebih hebat daripada teman laki-laki. Bukan bermaksud gender-genderan namun sekilas harus diterima bahwa untuk beberapa hal gender itu patut dipertimbangkan.




Air Terjun Sihobuk, Sibuni Buni - Tapanuli Tengah

Lagi, ketika menginginkan alternatif wisata selain pantai yang hangat dan identik dengan kesan tropis ketika sedang berada di Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara, mulailah memikirkan untuk melangkah ke salah satu tujuan wisata lain yang ada di daerah ini.





Ini dia, Air Terjun Sihobuk. Air terjun yang mendapat kesan sebagai air terjun pemalu oleh warga karena posisinya yang tersembunyi. Posisinya yang tersudut diantara lebatnya hutan nan hijau dan tebing memberi kesan tenang dan sejuk.




Air terjun ini sebelumnya lebih dikenal dengan nama Air Terjun Sibuni-Buni karena berada di Desa Sibuni-Buni. Akan tetapi, pada Februari 2014 setelah renovasi, pembangunan dan perbaikan disana-sini untuk memperindah dan mempercantik, Air Terjun Sibuni-Buni resmi berubah nama menjadi Air Terjun Sihobuk yang langsung diresmikan oleh Bupati Tapanuli Tengah sekaligus menjadi soft opening daerah wisata Air Terjun Sihobuk.





Jika awalnya air terjun ini jarang ramai, kini seakan-akan menjadi lebih sempit karena lebih ramai dikunjungi khususnya pada hari libur. Minggu pagi menjadi favorit keluarga, sedangkan anak muda lebih suka minggu siang hingga sore.

Kawasan Air Terjun Sihobuk sudah memiliki fasilitas 3 petak kolam pemandian dengan berbagai tingkatan kedalaman, 6 unit kios, 2 unit mini cafetaria, beberapa unit gazebo tempat bersantai, kawasan open stage, beberapa unit toilet yang sekaligus berfungsi sebagai tempat berganti baju bagi pengunjung yang ingin berenang serta area parkir. Meski begitu, karena masih dalam tahap pembangunan beberapa fasilitas yang ada belum benar-benar berfungsi sebagai mana mestinya. 



  

Dua gambar di atas merupakan wujud air terjun tempo dulu ketika namanya masih Air Terjun Sibuni-buni. Sangat banyak perbedaan tentunya dengan wujud pasca make over. Jika dulu tidak memungkinkan untuk terjun dari ketinggian karena kedalaman kurang dari satu meter, sekarang itu sudah satu kewajiban untuk ditaklukkan para pengunjung penantangadrenalin challenge.

Air terjun Sihobuk berada di Desa Sibuni-buni, Kecamatan Sarudik, yang berjarak 4 km dari Kecamatan Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah. Menuju ke tempat ini bisa melalui Kelurahan Sibuluan Nalambok, Kecamatan Sarudik sebagai akses primer. Akses lain bisa dari persimpangan Tugu Ikan Sibuluan, hanya saja sedikit lebih berliku dan menantang karena harus melalui jembatan kayu. It is interestingsebenarnya.

Air Terjun Aloban Bair, Poriaha - Tapanuli Tengah

Sejujurnya, melihat air terjun satu ini sungguh menjadi sedikit surprise bagiku. Bagaimana tidak, mendengar cerita dari orang sepertinya air terjun ini terkesan biasa saja. Cara orang-orang menjelaskan si air terjun membuat pendengar mungkin tidak tertarik. But in Fact...




Sibolga kota berbilang kaum


Sibolga, Kota Berbilang Kaum



Hari ini saya ingin memperkenalkan kota kelahiran saya, Sibolga. Sibolga merupakan salah satu kotamadya di Provinsi Sumatera Utara. Sesuai dengan judulnya, kota Sibolga disebut sebagai kota berbilang kaum. Karena masyarakat kota Sibolga berasal dari berbagai suku. Walaupun Sibolga termasuk salah satu Kota di Sumatera Utara, bukan berarti masyarakatnya hanya berasal dari suku Batak saja. Suku yang ada di Sibolga mulai dari suku Batak, Jawa, Nias, Cina, Padang, dll. Hal ini juga didukung dengan letak geografisnya yang merupakan daerah pesisir. Dan untuk bahasa yang dipakai juga beragam, namun mempunyai bahasa cirri khas kotanya yaitu bahasa pesisir. Yang kalau di dengar sanagt mendayu-dayu seperti bahasa Melayu namun kata-kata yang diucapkan adalah bahasa Batak. Bisa dibilang seperti penggabungan antara bahasa Melayu dan bahasa Batak

Nah perkenalan kota Sibolga, dimulai dari tempat yang sangat saya sukai dan selalu saya kunjungi setiap saya ultah ketika saya masih ada disana. Untuk cerita jelasnya sih mengapa tiap saya ultah saya kesana sih itu rahasia ( pssttt…).






Lokasi foto-foto ini ada di pelabuhan lama. Dulu ini merupakan salah satu pelabuhan, namun sudah lama tidak dipakai, bisa dibilang karena lokasi pelabuhan sudah dipindahkan. Namun terkadang pelabuhan ini masih dipakai untuk melakukan penyeberangan ke pulau terdekat, yaitu Pulau Poncan Gadang dan Pulau Poncan Ketek. Sebenarnya ingin juga menceritakan keindahan pulau-pulau tersebut, namun saya tidak punya foto koleksi pribadi kedua pulau tersebut, namun pulau-pulau recommended banget untuk menikmati keindahan laut.


sekarang jadi SMA Katholik, dulu adalah SD, di lantai 3 bangunan itu""SMP Fatima"]




Lalu ini merupakan foto-foto SD dan SMP swasta fatima Lihat bangunan yang menjulang tiga lantai tersebut?! Di lantai 3 lah dulu saya bersekolah SD. Nama SDnya adalah SD swasta RK 3. RK itu kepanjangan dari Roma Katholik. Tapi sekarang SD saya (SD RK 3) sudah dipindahkan ke gedung SMA Katholik, hal itu terjadi karena lapangan di SMA Katholik tidak cukup menampung siswa-siswanya sehingga terjadilah sistem seperti barter gedung. SD RK 3 dan SD RK 4 dipindang ke gedung SMA, sedangkan SMA pindah ke gedung RK 3 dan 4.



Untuk TK, saya sekolah di sebuah TK yang bernama TK Amanda. Kebetulan saya sangat salut dengan tk ini merupakan salah satu Tk ter kenal bagus d sibolga, sehingga Tk ini memiliki siswa yang lumayan banyak saat penerimaan siswa baru setiap tahun nya. Nah TK ini sangat dekat dengan bukit. Untuk mndaki bukit ini tidak perlu susah-susah, karena disediakan tangga yang dinamakan Tangga Seratus




Sebenarnya jumlah anak tangga pada Tangga Seratus ini bukan seratus, bahkan lebih dari dua ratus. Namun entah mengapa selalu disebut sebagai Tangga seratus.





Beginilah pemandangan Kota Sibolga kalau dilihat dari atas bukit.sangat indah dan sejuk

"jalan aspal turun bukit"



Dan ketika meneruni bukit dari jalan yang berbeda, akan melihat pemandangan yang lain. Dan jalan untuk menuruninya juga bukan tangga lagi, namun sudah jalan beraspal. Sebenarnya saya kurang tahu fungsi hiasan tersebut. Namun lumayanlah dijadikan bahan untuk foto. Hehehe… sekian jalan-jalan bersama saya tentang kota Sibolga, kota kelahiran saya. Lain kali saya update tentang kota lain deh…

Nb. maaf kalau banyak penjelasan yang kurang jelas, klo ada koreksi mohon diberitahu. trims... :)

Sejarah sibolga

Awal Mula Sibolga dan Sejarahnya

Mengingat Kota Sibolga didirikan oleh orang Batak Toba yang bermarga Hutagalung maka kita akan menyampaikan tentang Sejarah Berdirinya Kota Sibolga. Jauh sebelum kota Sibolga terbentuk di pesisir teluk Tapian Nauli, teluk Tapian Nauli telah ramai dengan aktivitas perdagangan  di ketahui melalui catatan pelawat Islam abad ke-7 dan Portugis di abad ke-16 M,  dimana teluk Tapian Nauli merupakan salah satu pintu masuk perdagangan yang pertama di pantai barat sumatera  utara  dengan Bandar ( pelabuhan) nya Barus (Tengku Luckman sinar, SH, “Lintasan Sejarah Sibolga dan Pantai Barat Sumatera Utara", Harian Waspada, 23 juni 1981). 

Mengutip apa yang di sampaikan oleh Tengku Luckman Sinar dalam tulisannya yang bertajuk (lintasan sejarah sibolga dan pantai barat sumatera utara 1981) di mana dalam tulisanya   tersebut beliau menyampaikan bagaimana kondisi teluk Tapian Nauli pada saat itu  telah terjadi interaksi antara masyarakat di pesisir pantai teluk Tapian Nauli dengan Orang-orang yang tinggal di pedalaman, yang sangat membutuhkan garam, dan bahan bahan lainya yang hanya dapat bisa diperoleh dari pesisir pantai, mereka melakukan barter dengan hasil hutan yang mereka peroleh, dengan garam dan lain-lain, hal ini sering dilakukan oleh “Parlanja” (Pengertian parlanja  adalah orang yang membawa barang dengan pikulan), makin lama makin banyak orang hilir mudik, dan menetap di pesisir pantai.

Berdirinya sibolga berawal dari di bukanya kampung oleh Ompu Datu Hurinjom yang berasal dari daerah Silindung (Tapanuli Utara) di Simaninggir yang pada saat ini Simaninggir merupakan wilayah yang termasuk ke dalam wilayah administratif Kabupaten Tapanuli Tengah. Letak Simaninggir tersebut berada di gunung dekat dengan teluk Tapian Nauli. Simaninggir/Tinggir yang dalam bahasa Toba Batak mempunyai arti tajam pendengaran/pemantauan.

Awal Mula Sibolga dan SejarahnyaOleh para parlanja daerah ini sering dijadikan sebagai tempat istirahatnya ketika hendak menuju daerah pesisir pantai atau pun sesudah sekembali dari daerah  pesisir pantai sebelum kembali ke daerahnya. Semenjak Ompu Datu Hurinjom bermukim di Simaninggir, kawasan teluk Tapian Nauli diwarnai dengan perdagangan secara paksa antara penduduk dengan pihak Inggris yang berkembang menjadi perang. 

Walau pun demikian Ompu Datu Hurinjom yang memiliki postur tubuh tinggi besar tidak gentar menghadapi keadaan, bahkan memindahkan pemukiman mendekati teluk, yaitu di Simare-Mare (salah satu daerah di kecamatan Sibolga kota) di bawah kaki Dolok Simarbarimbing dan terus melakukan perlawanan terhadap pihak Inggris yang memonopoli perdagangan di teluk Tapian Nauli). 

Dikarenakan taktik perang dan taktik wilayah dan untuk menjamin keperluan garam maka sekitar tahun 1700 M cucu Datu Horinjom bernama Raja Luka Hutagalung yang dalam perjalanan sejarahnya yang kemudian lebih dikenal sebagai Tuanku Dorong membuka perkampungan baru di sekitar aliran sungai Aek Doras (sungai di wilayah kecamatan Sibolga kota). Ompu Datu Horinjom sebagai pemuka kampung pertama di Simaninggir merupakan seseorang yang dihormati oleh kalangan masyarakatnya di samping memiliki postur tubuh tinggi besar  ompu tersebut juga memilki kesaktian/tenaga hal ini juga  turun kepada anak dan cucunya yang juga memilki tubuh tinggi besar. 

Di mana dalam masyarakat Batak adalah Tabu  untuk menyebut nama seseorang apalagi orang tersebut lebih tua dan di hormati, sehinnga yang ingin bertemu dengannya sering disampaikan dengan sebutan : beta tu huta ni Sibalga’i, yang apabila diartikan sebagai berikut ayo ke tempat/kampung orang yang tinggi besar itu, kata tersebut merupakan awal kata di mana kemudian dalam perjalanan sejarah berikutnya berkembang menjadi Sibolga (Drs. Raja Ja’far  Hutagalung, “Sibolga Nama Legendaris Seorang Pejuang”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga 1998:111).  

Periode 1815 pihak Inggris mengadakan perjanjian yang mana perjanjian tersebut disebut dengan perjanjian Tigo Badusanak, dengan Raja Sibogah serta Datuk-Datuk yang berada di pulau-pulau kecil di sekitar teluk Tapain Nauli yaitu pulau Poncan Ketek (kecil) dan Poncan Gadang (besar) yang saat itu tunduk di bawah kekuasan inggris, pihak inggris menyebut Poncan dengan Fort Tapanooly dikarenakan di sanalah Inggris mendirikan benteng dan pada tahun 1801 ditetapkan Jhon Prince sebagai residennya. 

Menurut Tengku Luckman Sinar bahwa dari hasil catatan riset  seorang pembesar belanda E. B. Kielstra bahwa dalam periode 1833-1838 di Sibolga penuh berdiam penduduk segala bangsa terutama orang batak yang berasal dari wilayah Angkola yang mengungsi, dan setelah pusat  pemerintahan asisten Residensi Tapanuli bertempat di sekitar Aek Doras,  Sibolga menjadi ramai, meski pun di kelilingi oleh sawah dan rawa-rawa, penduduk asal batak yang sudah beragama islam sudah menjadi “Pesisir” dengan adat sendiri yang spesifik. Di masa Sibolga dibagun istana raja yang berada di tepi sungai Aek Doras dan perkampungan di sekelilingnya dipindahkan ke daerah baru  di Sibolga Ilir, dan sebagai pemangku adat berdasarkan data dan silsilah raja-raja/kepala kuria di Sibolga adalah sebagai berikut: 

Raja Luka Hutagalaung gelar Tuanku Dorong pembuka kampung pertama di sekitar sungai aek Doras yang kemudian berkembang menjadi kuria sibogah    Sutan Manukar Raja Ombun Sipalenta  Sultan Parhimpunan   Muhamad Sahib (merupakan kepala kuria terakhir, karena setelah zaman kemerdekaan istilah raja/kepala kuria sudah tidak ada lagi) (“Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:13:111) 
Periode selanjutnya antara tahun 1838-1842 setelah Belanda membuka jalan dari Sibolga hingga Portibi (Tapanuli Selatan) dan pada saat itu Sumatera Barat sudah meningkat menjadi “Gouvernement” (Propinsi) dan Tapanuli menjadi salah satu “Resident”-nya, di mana dengan Beslit Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 7 Desember 1842 ditetapkan Sibolga menjadi ibukota  Residen Tapanuli yang  dipimpin oleh seorang Afdelinghoof   (kepala daerah). Afdeling di bawah Kerisidenan Sibolga  : 

Afdeling Singkil  Afdeling Barus   Afdeling Mandailing Afdeling Natal  Afdeling Angkola Afdeling Nias Afdeling Sibolga 
Wilayah yang termasuk distrik afdeling  Sibolga ialah : Sibolga, Tapian Nauli, Badiri, Sarudik, Kolang, Tukka, Sai Ni Huta, dan pulau-pulau kecil di depan teluk Tapian Nauli, yang mana setiap distrik dikepalai oleh seorang Districhoof (Demang). Selanjutnya di tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan Raja-Raja/Kepala Kuria dan diganti oleh Demang tetapi sebagian masyarakat masih mengangap Raja/Kepala kuria sebagai pemangku adat yang sah, pada tahun 1898 hampir semua daerah di Sibolga ditelan a mukan api akibat dari perlawanan masyarakat terhadap Belanda, dan pada tahun 1906 ibukota residen Tapanuli dipindahkan ke Padang Sidempuan. Pada masa pemerintahan militer Jepang, Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo  (baca Sicoco) yang memegang pimpinan kota, sebagai kelanjutan dari kepala distrik yang masih dijabat oleh bekas Districhoofd (Demang) pada masa pendudukan belanda yaitu Z. A. 

Sutan Kumala Pontas. Periode berikutnya tahun 1947, A. M. Djalaluddin diangkat menjadi kepala daerah di Sibolga di waktu jabatan beliau inilah Sibolga di bentuk menjadi daerah otonom tingkat B sesuai dengan surat keputusan Residen Tapanuli N.R.I (Negara Republik Indonesia) tanggal 29 November 1946 Nomor 999, dan selaku realisasi dari surat keputusan Gubernur Sumatera Utara N.R.I tanggal 17 Mei 1946 Nomor 103, dan kota otonom Sibolga itu dipimpin oleh seorang Walikota yang dirangkapkan  kepada Bupati Tapanuli Tengah (Prof. M. Solly Lubis, SH, “Sibolga  dan sekeping sejarahnya”, dalam buku “Hari Jadi Sibolga”, Pemko Sibolga, 1998:16:111). Terhitung tanggal 24 November 1956 sejak  berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956, yang mengatur pembentukan daerah otonom kota-kota besar dalam lingkungan daerah propinsi Sumatera Utara, di mana dalam pasal 1 Undang-Undang Darurat Nomor 8 Tahun 1956 itu ditetapkan pembentukan 4 kota besar yaitu : 

Medan, Pematangsiantar, Sibolga Kutaraja, 
Menurut Undang-Undang Darurat ini Sibolga menjadi kota besar, dengan batas wilayah sesuai dengan keputusan residen Tapanuli tanggal 29 November 1946 Nomor 999. Setelah keluarnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI tanggal 14 Desember 1957 Nomor u.p15/2/1 diangkatlah D. E. Sutan Radja Bungaran menjadi Walikota Sibolga, dan sejak 1 Januari 1958 berakhir pula perangkapan jabatan Walikota Sibolga oleh Bupati kabupaten Tapanuli Tengah dan secara administratif menjadi daerah kotamadya di luar Kabupaten Tapanuli Tengah.





Senin, 17 Juli 2017

TEMPAT WISATA DI KOTA SIBOLGA

# Pulau Mursala Tapanuli tengah

Pulau Mursala
Pulau Mursala Tapanuli tengah
Pulau Mursala Tapanuli tengah merupakan tempat wisata yang sangat populer di kabupaten Tapanuli tengah, memiliki keunikan tersendiri yaitu air terjun yang langsung jatuh ke laut tanpa perantara. Keindahan yang dimilikinya  tiada duanya di Kabupaten Tapanuli tengah, jejeran pulau kecil melengkapi keindahan tempa wisata ini dan juga bawah lautnya yang cukup indah.


# Pulau Putri Tapanuli tengah
Pulau Putri Tapanuli tengah
Pulau Putri Tapanuli tengah
Berdekatan dengan Pulau Mursala tempat wisata Pulau Putri juga tidak kalah indahnya, terkenal karena keindahan pasir pantai nya yang bersih dan putih serta keindahan bawah lautnya dan keindahan disekilling pulau ini sangat mendukung.


# Pulau Poncan Gadang Sibolga
Pulau Poncan Gadang Sibolga
Pulau Poncan Gadang Sibolga
Pulau Poncan merupakan tempat wisata yang sangat populer di kota Sibolga, jarak tempu yang cukup singkat dari kota Sibolga menjadikan tempat wisata ini di minati wisatawan yang berkunjung di kota Sibolga. Tempat wisata Pulau Poncan telah dilengkapi fasilitas penginapan, jadi buat anda yang ingin menikmati malam di pulau Poncan tidak perlu bingung.

Baca Juga : Pulau Poncan Gadang

# Air terjun Saili Tapanuli tengah
Air terjun Saili Tapanuli tengah
Air Terjun Saili Tapanuli tengah
Selain wisata bahari, Tapanuli tengah juga memiliki banyak wisata Air terjun salah satunya Air Terjun Saili, terletak dikecamatan Tukka butuh waktu 2 jam berjalan kaki untuk sampai ke Air terjun saili, Air terjun ini disebut juga air terjun tujuh tingkat dikarenakan air terjun ini memiliki tujuh tingkatan yang sangat indah.


# Pantai Binasi Sorkam Tapanuli tengah

Pantai Binasi Sorkam Tapanuli tengah
Pantai Binasi Sorkam Tapanuli tengah
Banyak pantai yang ada di Tapanuli tengah, tetapi tidak semua nyaman untuk anda kunjungi. Pantai Binasi terletak di Sorkam Tapanuli tengah berjarak 1 jam dari ibu kota Tapanuli tengah. Akses menuju sangat memadai, pantai yang indah dan panjang sangat cocok untuk menyaksikan matahari terbenam dikala sore.


# Tanggo Seratus Sibolga
Tanggo Seratus Sibolga
Tanggo Seratus Sibolga
Tanggo Seratus merupakan objek wisata bukit, yang berada di tengah kota Sibolga, sangat cocok untuk bersantai sambil menikmati pemandangan teluk Tapian Nauli nan indah. Memandang kepadatan penduduk kota Sibolga serta menikmati indahnya sunset di kala sore. Tempat wisata ini juga memiliki peninggalan sejarah berupa penjarah di jaman Belanda.


# Pantai Bosur Tapanuli tengah
Pantai Bosur Tapanuli tengah
Pantai Bosur Tapanuli tengah
Nah tempat wisata terakhir yang wajib dikunjungi kala berwisata di Kota Sibolga dan Tapanuli tengah adalah pantai Bosur, pantai yang sengaja dibangun untuk objek wisata pantai, dilengkapi taman bermain anak, tempat duduk pantai serta pedagang jajanan, tempat ini sudah sangat lengkap dengan fasilitas umumnya. Di pantai ini juga anda dapat menikmati indahnya sunset dikala sore sambil menikmati minuman dan makanan yang anda sukai.


Semoga beberapa rangkuman tempat wisata yang wajib anda kunjungi kala berwisata di Kota Sibolga dan Tapanuli tengah dapat mempermudah anda dalam menentukan tempat wisata yang anda kunjungi.